Ketika Suami Ngorok dan Saya Kentut




Setelah menikah dengan Reza, tidak banyak yang berubah dari kami berdua selain berat badan yang kian naik drastis setiap hari. Tak cuma saya, tapi juga Reza. Sejak pacaran pun, kami punya kebiasaan yang sama: doyan makan dan doyan rebahan. Ada waktu libur sedikit saja, pasti digunakan untuk tidur dan makan seharian. Maka ketika menikah pun demikian. Jam tidur kami sama-sama dini hari, pukul 01.00 biasanya kami baru mau ndlosor di kasur sambil ngusep-usep kaki di sprei. Berbeda dengan Reza, saya bisa langsung tidur kalau sudah nempel kasur, Reza selalu menghabiskan hampir satu jam atau bahkan lebih untuk main game yang membuatnya bosan, ngantuk, lalu jatuh terlelap sendiri. 

Terang-terangan. seringkali saya memandanginya sebelum tertidur, nggak nyangka aja ucapan saya "I'm gonna copy and paste you into my bed" menjadi kenyataan. Meskipun ucapan itu terdengar agak cringe ya, hehe. Kami kini bisa sedekat ini. Tidak ada jarak lagi antara keningnya dan kening saya, begitu mudah meraih pipi dan hidungnya. Kami berbagi tempat tidur, berpelukan, berdua sepanjang malam, setiap hari.

Meski sudah satu bulan lebih menikah dengan Reza Hazmi, kadang-kadang saya masih kaget melihatnya di sebelah saya terlelap sambil mendengkur sedemikian khidmat. Antara kaget dan sebel. Seperti pasangan-pasangan pengantin baru lainnya, 2 tahun pacaran dengan Reza ternyata masih ada saja kebiasaan ajaibnya yang baru saya ketahui setelah menikah.

Hampir tiap malam Reza ngorok dan nggak jarang dia ngelindur sampai bikin sandiwara dengan ragam tokoh, baik itu keluarga, teman, atau selebriti barangkali ada di mimpinya. Sebenarnya saya nggak ada masalah dengan kebiasaan ngorok. Saya kalau kecapekan juga seringkali ngorok. Hanya saja, pernah suatu waktu saya menegur, sekadar memberi tahu sih lebih tepatnya.

"Mas, kamu tu ngorok kenceng banget lho semalem."
"Nggak ah, aku kalo tidur tu nggak pernah ngorok kecuali pas lagi capek." kilahnya.
"Iya, tauuu. Kenceng banget." Saya ngotot nggak mau kalah.
"Nggak mungkin, mana buktinya?"

Oke deh, lagipula cuma perkara ngorok aja. Tapi saya jadi kesal karena dia kayak nggak percaya. Esok harinya waktu dia ngorok lagi, saya nyalakan kamera dan merekamnya. Saya berikan videonya sambil siap-siap ketawa karena saya punya bukti absolut kalau dia ngorok. Titik.

"Nih, video kamu ngorok 8 jam." Ucap saya sambil ketawa memperlihatkan videonya dengan penuh rasa kemenangan. Saya kira, Reza akan ketawa juga seperti biasanya saat kami saling menggoda. Tapi dia melengos tidak tertarik. 

"KENTUT KAMU BIKIN ORANG SEKECAMATAN KERACUNAN!"
"KAMU TUKANG NGOROK, SAYANG! SUARA NGOROK KAMU TUH KAYAK KOMPRESOR!"

Beberapa waktu kemudian, dia diam lalu menjawab lagi. 

"Kamu sering kentut, aku nggak pernah ribet masalahin, ini cuma ngorok aja sampe segitunya, ya."

Lagi-lagi, saya kira dia akan balas dengan canda atau guyonan receh yang selalu kami tertawakan berdua. Saya merasa bersalah. Selama ini, saya kira dia ketawa-ketawa aja kalau kami ngobrol atau sedang bergurau lalu salah satu bersendawa, kentut, atau saling ejek. Sejak pacaran pun begitu. Saya tidak mengerti dengan keadaan serba canggung ini.

Akhirnya, saya meminta maaf lebih dulu. Nggak ada yang lebih menenangkan selain berbaikan dengan pasangan. Reza pun demikian, kami kembali terkekeh oleh guyon receh di internet atau sekadar tingkah laku konyol masing-masing. Lalu soal ngorok dan kentut, kami memilih berdamai dan menjadikannya candaan receh disela kemacetan jalan, saat sedang santai di kamar, ngobrol berdua, atau saat baru pulang kerja. 


"Pernikahan  itu bukan pertemuan dua makhluk yang sempurna. Tapi bersatunya dua orang baik, yang pemaaf." 
 Kang Maman


Ucapan itu yang selalu saya ulang-ulang di benak saya saat saya sebel dengan Reza. Sekadar karena ngorok yang kekencengan, seenaknya melempar handuk di kasur, menggunakan odol, shampoo, sabun, hand sanitizer tanpa menutup tutupnya, atau kebo banget kalau dibangunin. Saya juga tidak selalu bersih, Reza pasti gemas kalau saya main HP nggak tahu waktu dan kondisi, ngeyel saat diluruskan, salah baca Google Maps, benerin alis kelamaan, dan banyak hal nyebelin lainnya.

Kami menyadari bahwa kami masing-masing bukanlah makhluk yang sempurna. Suatu saat mungkin kami akan kaget dengan kebiasaan ajaib lain yang belum kami temukan satu sama lain, kami mungkin akan bertengkar lagi untuk hal itu, mungkin juga lebih hebat dari ini, tapi kami akan saling meminta maaf. Kami akan berpelukan kembali, kami akan saling memaafkan dan memilih hubungan ini utuh, ketimbang rubuh. 
 

0 Comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah menanggapi postingan di atas!

My Instagram