SEPERTI RUMAH



Ada tempat-tempat tertentu yang selalu membawa kita terbang menuju suatu masa paling kita kenali. Seperti petualang waktu, jauh sekali terbawa ke dalam sebuah masa dan semua terasa begitu nyata.

Aku kembali lagi kemari. Sebuah indekos yang hampir setahun tak kudatangi semenjak pindah ke indekos lain. Aku, Ica, dan Ondel sudah berjanji bertemu di sebuah mall di tengah kota selepas aku pulang kerja. Kami bertemu kembali di tempat yang berbeda dari sebelumnya, peluk dan cium serta perasaan bahagia menyelimuti perjumpaan kami. Aku selalu senang memiliki orang-orang yang betapapun sulit tetap mau menyempatkan waktu untuk bertemu.


Biasanya kami hanya berjumpa melalui pesan singkat pada platform WhatsApp atau panggilan video barang satu dua jam bergantung kesibukan masing-masing. Tapi malam ini kami bergandengan, berpelukan, mengambil gambar sebanyak-banyaknya, bercerita dan tertawa sebebas mungkin.

Kami sampai di Gunungpati setelah ditemani dan diantar oleh Mas Reza (kecintaanku di manapun berada ehehehe). Di depan indekos ini telah banyak yang berubah. Rasanya seperti pulang ke rumah. Ada sedikit renovasi yang tak begitu berarti dan beberapa perubahan tapi tetap punya makna yang sama seperti saat kali terakhir aku di sini. Memasuki kamar Ondel, beberapa ornamen dan hiasan kamar mulai dirombak: warna cat, rak, foto, hiasan dinding, dan beberapa perlengkapan tambahan. Aku, Ica, dan Ondel dulunya biasa bersenda gurau dan melakukan segala hal penting-tidak penting di kamar Ondel ini.

Bersama mereka, entah mengapa, mencintai dan bahagia terasa begitu mudah.

Dulu aku menangis sejadi-jadinya saat berpamitan dengan Ica, Ondel, dan indekos dengan berjuta kenangan ini. Bagaimanapun, aku harus menyadari bahwa dunia terus berputar. Kita semua akan beranjak dewasa, menua, dan menjalani tujuan masing-masing.

Ah, aku jadi ingin melihat lagi keributan di indekos sederhana ini bersama teman-teman dulu kala. Indekos kami dikelilingi pohon rambutan yang rimbun, setiap musimnya berbuah, kami dapat memetiknya semau kami. Bahkan kerap kali dikirimi oleh Ibu Kos kami yang super judes tapi juga sangat perhatian. Buah rambutan, kelengkeng, semangka dan banyak hal lainnya ia berikan secara cuma-cuma.

Ondel, aku, dan Ica di Kafe Selikur

Kami memiliki schedule yang beragam, tapi selalu ada masa ketika kami semua berkumpul untuk menonton film alias movie time di kamar Ondel. Film apa saja yang ada di Hooq, Iflix, atau Layarkaca21 hehe. Film bollywood, hollywood, atau film dalam negeri dengan genre apapun. Kami buat kamar Ondel seolah-olah studio XXI meski tanpa Dolby. Kami tutup pintu dan mematikan lampu. Tidur, duduk, tengkurap, selonjoran, dan fokus menyimak film yang diputar dengan laptop seadanya. Menangis, tertawa, bengong, berdebat, berdebar, dan berbagai emosi lainnya selalu tumpah jadi satu di sini.

Bersama mereka sepanjang musim dari tahun ke tahun, rasanya adalah waktu-waktu terbaik yang tak mungkin tergantikan bagiku. Meskipun mereka menyebalkan, berisik, bawel, gampang ngamuk, dan kadang-kadang egois. Pelit juga pun. Tapi aku tak pernah ingin sedetikpun melupakan kenangan bersama mereka. Kami bisa sejahat seharian tidak ingin bicara karena semalam berebut remote TV atau berbeda pendapat soal seleb. Kami bisa seegois memilih tertidur pulas dan pura-pura tidak mendengar teman yang terkunci di depan pintu karena pulang kemalaman sedangkan kami kepalang malas untuk sekadar bangun membukakan pintu untuknya. Maaf, bangun bukan hanya aktivitas yang dapat dibilang “sekadar”. Itu aktivitas yang sangat berat apalagi saat kami sedang lelah-lelahnya. Xixixi Lalu baru akan membukakan pintu setelah teman yang sedang di luar mulai jengkel menggedor-gedor pintu dan jendela seperti orang kesetanan.

Mereka tidak hanya teman bertengkar, namun juga keluarga. Lebih-lebih saat salah satu dari kami jatuh sakit. Meskipun kami tetap akan berteriak-teriak saat bicara, atau mengolok-olok dia, salah satu dari kami juga dengan sukarela merawat dan mengabarkan pada keluarga atau kerabat atau pacar teman kami. Kegiatan penuh perhatian ini juga kerap kali diwarnai makian atau ejekan yang kini saat diingat menjadi buah rindu dan bikin senyum-senyum sendiri.

Ngomong-ngomong soal pacar dan teman laki-laki, sepertinya sudah bukan rahasia kalau perempuan selalu membicarakan pasangan atau teman laki-laki mereka di depan para perempuan lain. Di indekos ini dulunya tertempel semacam caution galak yang ditulis dengan lipstik merah atau spidol bold saat salah satu teman baru (mahasiswi baru) di indekos kami kedapatan teman laki-lakinya nyelonong masuk. Aku ingat betul, Ica berteriak dan memasang muka ditekuk sedemikian gahar bagai algojo tahanan.

"EH EH, MAU NGAPAIN SAMPE MASUK KAMAR, MAS?
"Ng.. nganu, mbak, cuma ambil kontak motoratau gitar kalau tidak salah. Katanya disuruh ambil ke dalem."
"COWOK TUH NGGAK BOLEH MASUK KAMAR, YA, MAS! SURUH SI A AMBIL SENDIRI DI KAMARNYA LAH."

Aku melongo melihat Ica sengak begitu, lalu segera menyiapkan kertas untuk tulisan-tulisan caution yang nantinya ditempel seperti biasanya yang teman-teman lain lakukan kalau bikin aturan baru. Dengan lipstik merah seadanya, kami goreskan kata-kata di atasnya:
COWOK NGGAK BOLEH SEMBARANGAN MASUK, KECUALI TUKANG GALON DAN TUKANG GAS! HEHEHE
Ada banyak tempelan sejenisnya di dinding indekos kami, mulai dari jadwal piket giliran menyalakan pompa air, caution galak soal kebersihan di dapur, bahkan juga soal keamanan di depan pintu utama indekos, jadwal bayar listrik, peraturan RT/RW, atau segala sticky notes yang nggak penting-penting amat. Pokoknya semua sisi dinding indekos kami penuh tempelan macam-macam.

***

Air pam di indekos kami saat itu sangat buruk jika kemarau datang. Kami harus bersikeras bolak-balik memancing pompa air, membereskan pipa, dan mondar-mandir mengisi air demi tidak telat berangkat kuliah pagi. Kami benar-benar payah soal gotong royong, tapi begitu piawai menjadi individu yang egois. Lucunya, indekos kami juga sangat menyebalkan saat musim hujan. Entah bagaimana terjadinya, plafon dapur kami tiba-tiba jadi indoor waterfall alias KETROCOHAN SAMPE BANJEEERR GAESS! Sehingga kami—mau tidak mau—mengumpulkan tenaga yang ada untuk menghalau air masuk ke kamar masing-masing. Kami mengambil kain, baju, celana, hashhh apa saja yang bisa kami manfaatkan untuk mengurangi air. Kami membagi tugas secara estafet. Ada yang menjaga air di dapur, membuang air ke saluran selokan kamar mandi dengan kain pel seadanya, menggiring air keluar menjauhi pintu betapapun caranya, lalu tepar bersama-sama usai hujan reda.

Kami semua sebenarnya memang pemalas. Seringkali melempar tanggungjawab ini dan itu kepada orang lain hingga timbul cek-cok yang tidak berarti. Ondel bagian membersihkan kulkas, aku bagian membereskan dapur bersama Emi, Ica bagian kamar mandi, yang lainnya biasanya ngepel, nyapu, membereskan apa saja di indekos. Kepalang malasnya kami, untuk sekadar makan di dekat gang pun, kami memilih order melalui SMS agar diantar ke indekos kami. Penyetan Gang Nangka adalah pilihan saat kami lelah scroll menu di Grab atau GoJek. Dengan ongkos pengiriman seribu/pengantaran, kami dengan antusias memesan penyetan langganan tersebut.

Memang kami memiliki sifat menyebalkan masing-masing. Tapi sengaja maupun tanpa sengaja, kami selalu saling menjaga. Aku ingat betul saat ada beberapa teman yang sudah lelah menjemur pakaian, tiba-tiba hujan turun tanpa aba-aba, maka mereka yang sedang di indekos saling bantu membawakan pakaian sebelum hujan turun jauh lebih deras lagi.

Kami semua saling jaga.

***

Malam ini aku bertemu dengan Ica dan Ondel dengan penuh rasa sukacita. Seperti disambut di rumah sendiri. Episode-episode kemarin bagai ditayangkan kembali secara visual melalui imajinasi liarku. Kehangatan menyambutku lagi seolah indekos ini juga sedang menungguku datang. Jika ada masa yang dapat diulang, maka aku ingin meminta Tuhan agar aku bisa mengulang lagi masa-masa aku berada bersama teman-temanku di sini: di indekos yang sudah hampir 5x kemalingan, dengan ibu kos super judes—dan kocak, tipu-tipu penambahan wifi gratis, TV yang dipindah-pindah sesuka hati, plafon yang selalu bocor saat musim hujan, pompa air yang mengundang sumpah serapah dan sering bikin telat kuliah, kulkas yang kian hari kian tak berfungsi, dan hampir tiap malam sebal bukan main karena terganggu suara sorak-sorai pertandingan futsal.



Aku dan mungkin juga teman-teman indekosku memiliki masa-masa sial dan menyenangkan yang sangat kami rindukan selama kuliah. Masa yang indah dikenang.


P.S Suatu saat nanti, mari kita luangkan waktu untuk bertemu jadi satu. :)

0 Comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah menanggapi postingan di atas!

My Instagram