Kira-kira hampir tiga bulan saya dan kawan-kawan menjadi “guru”
di sebuah sekolah menengah pertama, tepatnya di Batang, Jawa Tengah. Kami
bertiga-belas berhasil melewati hari demi hari dengan penuh semangat tertatih-tatih.
Pertama, mari kita lupakan judul clickbait di atas. Percayalah tidak ada
fakta yang mencengangkan seperti yang kalian bayangkan. Kecuali kalau kalian gumunan.
Tapi demi memuaskan rasa penasaran kalian yang sudah terlanjur ngeklik,
baiklah akan saya ceritakan.
Pada post sebelumnya, saya menceritakan sambutan dan
pengalaman seminggu pertama PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di belantara
sekolah. Sebagai mahasiswa praktikan, hal pertama yang harus kami lakukan
adalah membawa nama baik kampus, menaati segala peraturan kampus dan sekolah,
dan mengikuti norma yang berlaku agar menjadi mahasiswa yang namaste.
Kantor atau ruang mahasiswa praktikan berada di antara ruang
kesenian dan kelas VII E. Di belakang ruang ada jajaran kantin yang aroma
gorengan serta sotonya dapat memporak-porandakan fokus kami. Di depan ruangan
kami adalah bakal lapangan yang cukup luas (saat itu sedang dalam masa
renovasi). Di kantor inilah setiap jam istirahat atau pergantian jam pelajaran
selalu ada murid yang tiba-tiba masuk atau memanggil-manggil agar di-notice
kami. Sebuah cara konyol untuk mencari perhatian.
Baiklah, karena kalian tampaknya buru-buru tidak ingin
tahu hal mencengangkan yang dilakukan mahasiswa PPL. Mari langsung dimulai:
1. CARI MUKA
credit: google image |
Keyakinan saya sejauh ini adalah setiap manusia memiliki
keinginan untuk cari muka terhadap orang lain dengan kadarnya masing-masing.
Dalam hal ini, tentu saja setiap mahasiswa dituntut tidak boleh banyak tingkah
dan menjadi “anak baik” bagi dosen pembimbing dan guru pamong. Ditambah lagi
harus menjadi teladan dan guru yang baik bagi peserta didik. Cari muka itu
dapat berbentuk kepatuhan, keuletan, dan kepandaian bilang “iya” untuk setiap
permintaan dan perintah dari pihak sekolah. Karena ya sekali lagi kami sedang
numpang praktik, mengabdi untuk pendidikan, dan demi nilai pribadi kami. Tentu
saja.
2. PERANG
credit: Pinterest |
Sebenarnya tidak semua mahasiswa PPL mesti kompetitif.
Sebagian hanya bersikap natural dan menjadi “baik” demi kelancaran PPL tanpa
harus lelah berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Tapi jika praktikan tersebut ndilalah
berpasangan dengan kawan sekelasnya atau berbagi ruangan dengan mahasiswa
praktikan dari kampus lain, aksi senggol-senggolan tidak dapat
dihindarkan. Sebab pihak sekolah, peserta didik, dan dosen sudah pasti
membandingkan para mahasiswa ini. Begitulah peperangan dapat terjadi dalam satu
ruangan baik terang-terangan atau secara diam-diam.
3. BERTAHAN HIDUP
credit: Pinterest |
Hidup jauh dari orang tua berarti bebas menjadi mandiri atas perkara schedule, perut,
dan duit. Kalau tidak semuanya, mostly para mahasiswa tinggal di indekos yang
disewa bulanan atau tahunan sesuai kebutuhannya. Begitu pula dengan mahasiswa
praktikan, kami—kebetulan saya dan kawan-kawan—menyewa rumah di dekat sekolah
tempat kami praktik. Tujuannya tentu untuk menghemat anggaran dan memudahkan
urusan kami selama praktik. Hidup seatap dan sepenanggungan adalah istilah lain
dari merelakan berbagai kepemilikan pribadi beralih menjadi kepemilikan umum
penghuni alias nggak boleh egois dan semena-mena. Jangan marah kalau
shampoo sachetnya tiba-tiba hilang, jangan cemberut kalau makanannya ada yang
mengambil, jangan kesal kalau bajunya dipinjam, dan jangan sedih kalau
sendalnya putus sendiri. Relakanlah, kisanak. Semua yang kita miliki selama
kita praktik adalah sementara—setidaknya sampai waktu penarikan mahasiswa.
Kalau memang sayang-sayang, bisa saja didiskusikan. Hingga
mungkin akan menuai debat kusir yang panjang. Tak apa, lagipula mustahil
tinggal bersama tanpa pertengkaran dan konflik dahsyat, bukan? Tapi sekali
lagi, saya ingatkan bahwa kita semua harus bertahan hidup selama masa praktik
ini, dan bertahan hidup berarti harus berbagi hidup.
4. KREATIF
Credit: We Heart It |
Kalau di kosan sebelumnya—yang berada di dekat
kampus—memungkinkan kita untuk gegoleran gesek gesekin kaki di kasur selama
seharian dengan nyaman, hal itu tidak akan terjadi di indekos selama kita
praktik. BUANG ANGAN KALIAN SEMUA! Selama saya dan tim PPL praktik, kami
dituntut untuk cakap dan kreatif dalam segala macam keadaan. Selama di tempat
praktik, pertanyaan dari pihak sekolah bisa berarti ujian baru bagi kami.
“Mbak, bisa membuatkan draft blablbla untuk besok pagi?”
“Mas, saya agak kesulitan mengoperasikan ini.”
“Wah, karnaval bulan ini tampaknya kami belum punya
konsepnya. Bagaimana ya?”
Masih ada pertanyaan dibanding di atas. Sekali menjawab tidak,
maka taruhannya adalah nama baik kami dan institusi. Inilah mengapa 7 hari
dalam seminggu tidaklah cukup bagi mahasiswa praktikan untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya. Weekend hanya akan dinikmati dalam satu tarikan nafas lalu
kembali teringat betapa banyak hal yang mesti dikerjakan dan tidak ada waktu
untuk leyeh-leyeh penak tenan.
5. CINTA LOKASI
Credit: Pinterest |
Tidak sedikit bagi kalian yang mengharapkan hal semacam ini
kan wahai jiwa-jiwa yang haus sepikan dan kasih sayang(?) Di antara
berkah yang terjadi selama praktik, cinta lokasi termasuk yang paling laris dan
paling mudah tercipta. Inilah alasan banyaknya jumlah pasangan LDR yang putus
ketika ditinggal praktik dalam jangka waktu tertentu. Meskipun sampai sekarang
saya tidak habis pikir dan tidak percaya love in the first sight, nyatanya
banyak pasangan yang bermula dari cinta lokasi semacam ini. Sebagian kawan-kawan
saya—mahasiswa pendidikan—putus dari pacarnya yang sudah dipacari sekian tahun
karena perkara semacam ini. Mereka ada yang menjalin hubungan dengan guru
sekolah setempat, kerabat guru atau warga setempat, bahkan muridnya sendiri.
Cinta memang benar-benar gila. Komitmen yang tetap pada tempatnya.
Cinta semacam ini dapat terjadi melalui peristiwa
sederhana—yang sekali lagi saya tak habis pikir—menemani mengajar, membantu
mencetak file, melted nggak jelas ketika disenyumin, atau kebetulan
sedang makan bareng. Pokoknya segala kebetulan-kebetulan
yang-katanya-disengaja-atau-ditakdirkan-semesta. Halah prettt. Anehnya
lagi, cinta lokasi adalah hal yang tidak mempan pada saya. Entah karena saya
yang mati rasa, tidak peka, atau I’m just ugly af(?)
Karena kurangnya liburan, hiburan, serta asupan vitamin sea
seperti khalayak instagram yang kaya raya di linimasa itu, kami mahasiswa
praktikan seringkali sengaja-tak sengaja melemparkan jokes receh demi kewarasan
kami semua. Hari libur kami habiskan untuk males-malesan di kasur karena kami
kurang tidur, itu pun masih dengan tanggungan tugas yang mesti lekas
diselesaikan. Hiburan yang kami miliki hanya pasar malam yang letaknya cukup
jauh dari indekos kami. Itu pun kalau pulang kemalaman, pikiran kami terus saja
dihantui begal dan berbagai tindak kejahatan yang menakutkan. Vitamin sea
vitamin sea apaaaalagiiii. TIDAK ADA YANG KAMI MILIKI UNTUK MENYELAMATKAN
KEWARASAN KAMI!
Tapi syukur alhamdulillah lawakan yang kami tertawakan itu
tak ada habis-habisnya. Bisa jadi obrolan tentang kawan satu tim, mahasiswa
praktikan di tempat lain, seringnya peserta didik yang menyumbang kekonyolan
terbanyak, sisanya adalah dosen dan guru-guru (sungguh, saya meminta maaf
soal ini).
Lawakan itu pun hanya terjadi di circle kami saja, tidak
mungkin tersebar keluar. Apalagi kami mahasiswa pendidikan. Tentu kita tahu
sendiri, masyarakat kita sensitif sekali dengan dunia pendidikan. Perundang-undangan
pun semakin ketat dan beberapa memang tidak masuk akal. Maka begitulah hari
demi hari kami terlewati dengan lawakan receh kami.
7. BERSENANG-SENANG
Credit: Google Image |
Begitulah mahasiswa; Manusia yang jiwa dan raganya ditempa
berbagai cobaan hidup namun tetap berusaha bahagia meskipun tidak seberapa.
Seperti yang saya tulis di atas, hari libur yang habis di atas kasur, hari-hari
bertugas yang menghabiskan salonpas, dan hari penarikan yang habis untuk
bersenang-senang. AKHIRNYA SELESAI JUGA COBAAN INI, TUHAN! Setelah tiga bulan
masa praktik, akhirnya kami mendapat kabar penentuan tanggal penarikan
mahasiswa praktikan.
Lokasi sekolah kami ada di dekat Jalan Pantura. Jadi, musik
dangdut adalah konsumsi kami sehari-hari. Hampir setiap hari kami berada di
depan televisi hanya untuk bernyanyi bersama seolah tak punya persoalan hidup.
Pernah suatu waktu kami bertujuh melakukan perjalanan ke Pekalongan untuk
bersenang-senang sejenak sebelum bertugas lagi. Makan jalan-jalan di mall,
makan bakso, pergi ke tempat karaoke dan menyanyi sebebas-bebasnya sampai
ada peringatan time out dari petugas ehe.
Nah, itulah 7 hal yang paling ingin diketahui kalian
tentang para mahasiswa praktikan. Ehe. Hal-hal di atas belum tentu berlaku pada
mahasiswa praktikan di tempat lain. Beberapa hanya memiliki kesamaan tanggungan
dan bahkan lebih berat dari yang saya ceritakan. Terima kasih sudah menyimak
dan mau-maunya membaca sampai akhir.
Jika ada sesuatu yang mengganjal pikiran, boleh kita diskusikan. Sampai jumpa di kolom komentar! 💗
16 Comments
Happy ney year.
ReplyDeleteNggak terasa bentar lagi ppl, hoping those things happen to me LOL..
Happy new year!
DeleteSemoga sukses PPLnya yaaa. ☺️
:=)
DeleteMantap jiwa.. semoga PPL ku besok lancar 😁
ReplyDeleteAamiin.
DeleteJangan lupa menyiapkan segala kebutuhan PPL biar nggak kelimpungan ya. ☺️
ongkos yg membludak 😑😑
ReplyDeleteAh iya, saya harus mencantumkan satu point lagi sbg nomor 8: Mendadak Kere
DeleteTerima kasih sudah menambahkan. 😂
jadi inget maktu PPL dulu wkwkwk bener banget nomor 6 yang paling berkesan. nomor 5 sih gak ada kayaknya
ReplyDeleteCinlok lumayan sering nih waktu jaman aku dulu 😸😸
ReplyDeleteBelum pernah nih ngerasain PPL, mungkin beberapa tahun lagi. Sekarang aja masih harus ngelewatin UN yang udah pake komputer ter-luck-nut itu.
ReplyDeleteMau pengen ngerasain kehidupan mahasiswa secepatnya, huhuhu.
jadi inget masa-masa dulu tapi sayangnya gak sampai cinta lokasi juga sih :D
ReplyDeleteKalo PPL menurutku belum sampe cinta lokasi. Coba deh, nanti rasakan KKN. Hahahaha. Itu baru beneran bisa cinta lokasi. XD
ReplyDeleteMemang bener banget, ya. Cari muka itu emang jadi hal yang penting di masa PPL. Soalnya, kalo nggak bisa aja nilai jadi amburadul ngasinya. hahaha.
Kalo aku kemaren, PPL emang gak terlalu nyari muka, soalnya nyari ilmunya aja udah kek gak bisa istirahat.
Selamat jadi mahasiswi...
Selama 4 tahun kuliah, 4 kali pula ngerasain semacam "PPL", kalau istilah ditempatku namanya sih PL, praktek lapangan dengan lokus di kantor desa gitu. Iyap 4 tahun ngrasain praktek di kantor desa.
ReplyDeleteDari yg kamu jabarin, hampir semua sama lah, teruma cinlok. Pasti ada aja tuh yg balik PL cinlok dan jadi buah bibir pas balik kampus. Kalau cari muka.. Pasti adalah orang2 kayak gitu. Prinsipku sendiri sih tidak ingin bermasalah dengan pembina PL dan pihak lain. Main aman aja biar ayem
Bukan anak kuliahan jadi belum pernah PPL... Hahaha... Sedih yaaa...
ReplyDeleteBtw kayaknya kamu udah pernah ngalamin semua yaa? kok pengalaman bangeet siiih... Jadi curiga bikin ini karena pengalaman pribadi... Hihihihi...
No 5 beneran bahaya yaaaa... hati bisa bolak balik...
Zakia eperon 😍
ReplyDeleteLah gue dulu PPL seneng banget malah ga kerasa kayak PPL.
ReplyDeleteAmpe lupa sekolah tau-tau PPL udah kelar aja, ah jadi pengen cepet-cepet kerja wkwk.
Sofar, PPL versiku sangat menyangkan dan ga ada beban. Keren kan :)
Terima kasih sudah menanggapi postingan di atas!