#2 Aku Jatuh Cinta Padanya

credit pict: favim.com

Aku jatuh cinta padanya.

Usianya hampir setengah abad. Sosok laki-laki berkulit gelap yang berdiri di depan pagar stasiun kota dengan seragam KORPRI dan sebatang rokok yang masih diisap di bibirnya. Tatanan rambut yang disisir rapi segaris ke belakang untuk menyamarkan uban-uban yang kadang mencuat dengan sendirinya. Pandangannya selalu menyipit ketika membaca sesuatu tanpa kacamata. Ia berjalan menghampiriku usai mencetak tiket dan check-in di bibir peron stasiun.

Aku selalu jatuh cinta padanya.


***

Aku tidak akan bisa tidur tanpa mendengar ia menembangkan lagu-lagu jawa sambil menimangku dalam gendongan. Ia akan menenangkanku dalam pelukan. Sampai aku benar-benar terlelap dan ia kembali ke meja kerjanya untuk lembur berlembar-lembar laporan serta rapor yang harus ia bagikan esok hari. 

Aku pernah beberapa kali memasak nasi goreng. Saat usiaku masih belasan tahun, aku tidak mengenal takaran bumbu yang seharusnya kupakai sebagai acuan ketika memasak. Ketika masakanku matang, semua orang yang mencoba bahkan tak sudi untuk kembali lagi meski sekadar mencium aromanya. Aku kira tak ada yang salah dengan masakanku. Hanya sedikit keasinan. Sedikit kurang pedas. Sedikit kurang gurih. Sedikit kurang bagus warnanya. Begitulah. Tapi laki-laki ini bahkan selalu tersenyum dan menghabiskan sepiring nasi goreng telur yang kusajikan untuknya. Tak ada cercaan, tak ada umpatan, tak ada cibiran, tak ada sesendok pun yang dimuntahkan. Ia selalu mengatakan selera setiap orang beragam. Entah bagaimana aku selalu merasa bahwa ia tahu bagaimana menghidupkan api semangatku—tanpa menyakitiku—untuk terus melakukan kesalahan dan memperbaikinya jauh lebih baik lagi.

Kami selalu pergi berdua untuk minum kopi di café-café dalam kota. Menikmati kopi dari berbagai tangan barista yang berbeda. Bergurau tanpa peduli ponselku terus berdering sebab tanya teman-teman tentang laki-laki yang selalu ada di sampingku ini. Ia penawar segala patah hati yang kualami. Ia tangan yang selalu menepuk bahuku untuk menyadarkan bahwa aku punya kekuatan lebih untuk bangkit dan berdiri lagi. Bayangkan, bagaimana aku tidak jatuh cinta padanya?

Aku tidak bilang bahwa dia tak pernah menyakitiku. Bukankah orang yang paling bisa membuatmu tersenyum juga adalah orang yang paling bisa membuatmu menangis? Dia pun begitu, seringkali dalam sehari dia mampu membuatku menangis dan tertawa di waktu yang sama. Ia juga bukan laki-laki yang sempurna. Ia juga egois. Ketika raporku memiliki nilai-nilai yang tidak memenuhi standard-nya, maka jangankan untuk tanda tangan—yang sebagai bukti telah diketahui oleh orang tua—membukanya pun ia tak sudi. 

Tapi tetap saja, aku jatuh cinta padanya.

Aku jatuh cinta pada laki-laki yang kantung matanya tampak berat, cekungan di wajahnya kian terlihat, kerutan-kerutan pun mulai tampak, dan pandangan yang harus terus dibantu dengan kacamata. Aku jatuh cinta pada laki-laki yang seringkali tanggal ulang tahunnya kulewatkan tanpa hadiah atau pun kejutan. Aku jatuh cinta padanya yang memberikan kado sebuah KTP untukku pada ulang tahunku yang ke-17 sepulang sekolah dulu. Aku jatuh cinta padanya yang selalu membuatku datang terlambat ke sekolah. Aku jatuh cinta padanya yang selalu mengirim pesan digital dengan tanda seru tak terhingga ketika aku belum pulang pada waktu yang ia tentukan.

***

Ia berjalan menghampiriku sebelum aku benar-benar masuk ke peron stasiun dan naik ke gerbong ketika kereta datang. Ia akan berdiri dan mencari celah untuk dapat melihatku menunggu kereta datang hingga aku naik ke gerbong. Tak berhenti di situ, ia akan menerka di mana aku duduk sampai kereta berangkat, berlalu menjauh dari stasiun, lalu ia baru akan pulang dan selalu mengirimkan sebuah pesan:

“Hati-hati,ndhuk. Jaga diri, jaga kesehatan, jaga iman!!!!!”

#30Hari30Tulisan 
#2

5 Comments

  1. Ini Cerita anak Rantau yaaa ?
    unch jadi terhura bacanya.
    Aku jadi kepengen punya Bapak :)

    Kira-kira kalo aku masak nasi Goreng Bapak ku bakal suka ga ya ?
    Aku pernah masak nasgor sekali-kalinya seumur hidup.
    Rasanya emang ga terlalu asin atau apalah tetapi hambar :(
    Sampai sekarang aku ga pernah masak lagi ..

    Tamat

    ReplyDelete
  2. Sosok yang sederhana tapi sangat berjasa ya dlm hidup. Saya suka kalimat beliau yg terakhir itu... "Jaga iman". Oohhh... Itu mmg poin terpenting saat melepas anak pergi. Jaman saiki wedannnn... Kudu ingat sama iman biar ga salah jalan. Tulisan yg bikin terharu ya. Saya jg jadi ingat bapak di kampung sana. Hiks

    ReplyDelete
  3. Ini ceritanya tentag sosok seorang Bapak yang selalu membuat putrinya nyaman dan selalu menjaga putrinya.

    Kalau gitu aku berdoa supaya bapakmu selalu sehat, panjang umur dan selalu jadi yang terbaik buat putrinya dan keluarga.

    Sungguh kasih sayang orang tua tidak ada habisnya.

    ReplyDelete
  4. Sosok ayah yang berhasil memang adalah sosok ayah yang mampu membuat anaknya jatuh cinta berkali2 kepadanya, meskipun sadaratau tidak ayah tersebut pernah menyakiti anaknya. Untuk ayah kan ini, lelaki yang berusia setengah abad itu?

    ReplyDelete
  5. Akh so sweeet. Tulisan ini mengingatkanku sama ayahku sendiri dan aku jg jatuh cinta hmmm
    Memang ya sosoknya biasa tapi selalu memberikan kenyamanan buat anak2nya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menanggapi postingan di atas!

My Instagram