SOLO TRIP TO SOLO #1

Credit: Pinterest
If love is enough, why do we need solo trip? Ehe.
Sebagai manusia yang mudah terserang mager syndrome alias males gerak ke mana-mana, saya termasuk jenis manusia yang jarang jalan-jalan alias kurang piknik. Apalagi berperan menjadi anak rantau di kota yang nggak besar-besar amat. Selaku anak kosan yang selalu merindukan liburan dan kampung halaman, maka sempurnalah hari-hari gabut saya. Saya hidup dengan schedule yang gitu-gitu aja; ngampus, nugas, scroll temlen, kangen, masak, makan, ngopi di kafe(kalo punya duit, atau bikin kopi tubruk sendiri), tidur, buang hajat, repeat. Fortunately, saya sanggup bertahan dan terus bersyukur dengan aktivitas tersebut. Tapi tak dapat dipungkiri, saya pun manusia biasa yang mudah bosan.

Jadi, saya mikir keras untuk mencari jalan keluar dari kebosanan ini. Setelah googling, membaca berbagai macam artikel, sampai mencari tutorial anti-suwung di youtube, saya menemukan jawaban yang mungkin saja bisa menyelamatkan saya dari syndrome kurang piknik: Solo trip!
***

Sekitar awal April hari Sabtu, saya menetapkan pilihan untuk main ke Solo. Alasannya tentu saja karena Semarang-Solo itu cukup dekat, ada kawan—yang rela direpotin—demi nggak perlu cari hotel atau penginapan yang mahalnya na’udzubillah, dan pastinya ada sebuah tempat yang sudah lama masuk wishlist untuk saya kunjungi.

Pada pukul 07.00 saya bergegas ke Stasiun Semarang Poncol demi mendapat tiket kereta ke Solo—jadwal keberangkatan kereta pukul 08.40. Harga tiket kereta pun cukup murah, yakni Rp.10.000, jadi dibanding naik travel atau bus, naik kereta adalah pilihan paling ajib demi kenyamanan perjalanan, juga kenyamanan dompet.

Nahasnya, setiba saya di stasiun, tiket sudah terjual habis—padahal itu baru pukul 07.40. YA ALLAH SAYA MAU NANGIS RASANYAAA. Kehabisan tiket adalah salah satu patah hati terbaik saya selama ini. Jadi, mau tidak mau, saya harus naik bus sendiri dari stasiun ke Terminal Terboyo lalu mencari bus tujuan Solo—saya lupa nama busnya, pokoknya Rp.25.000 untuk sampai ke Solo.

Kawan saya yang tinggal di Solo—Mbak Emma—sudah saya kabari bahwa saya menuju Solo dan kemungkinan sampai di sana siang itu juga. Turun di Terminal Tirtonadi, saya tidak langsung ketemu Mbak Emma, karena kami kucing-kucingan a la pilem India. Begitu bertemu, Mbak Emma menyambut saya dengan sangat hangat. Dan otomatis demi menghindari naik bus yang selain lebih mahal dan lebih ugal-ugalan, saya diantar Mbak Emma untuk reservasi tiket—yang masya Allah antrenya lebih dari 3 jam karena saking ramenya.

Sampai di rumah Mbak Emma, beberapa bagiannya sedang direnovasi—berdasarkan analisis tetangganya—karena Mbak Emma mau lamaran. Ekekekek. *dijewer*

Saya tiduran di kamar Mbak Emma yang wangi, rapi, banyak bukunya, banyak legonya, cukup mencerminkan kamar perempuan, dan demi apa nyaman bangeeeettt. Sampai-sampai saya tanya apa Mbak Emma berminat untuk meyewakan kamarnya yang tampak berbakat jadi kosan nyaman bagi pelajar dan mahasiswi macam saya. *digeplak*

***

Sejak awal, tujuan saya adalah memenuhi janji ngopi dengan Mbak Emma di kotanya—Solo. Kafe yang ingin kami kunjungi malam itu adalah YELLOW TRUCK COFFEE AND TEA! Tapi sebelum ke sana, kami berkendara keliling Kota Solo, melewati beberapa public space, monumen, keraton, dan alun-alun kota. Berhenti sejenak di depan Pasar Triwindu, pasar barang antik yang kala itu sudah tutup. Kami beli es puter dari bapak-bapak yang rambutnya dikuncir ekor kuda. Saya sempat mengabadikan fotonya, biar a la – a la anak street-photography gitu. Ehe.

Es Puter Conspiracy ekekekek

Setelah ibadah maghrib, kami berangkat menuju YELLOW TRUCK COFFEE AND TEA. Kami ngopi sampai sekitar pukul 22.00 di sana. Selebihnya terkait apa saja yang kami lakukan dan kami temui, akan saya tulis di post berikutnya. Ehehehe.

***

“KAMU NGAPAIN KABUR SENDIRI KE SOLO SIH JAK?!”

Begitulah sebagian besar respon kawan-kawan saya ketika mengetahui saya baru melakukan perjalanan seorang diri alias minggat ke Solo. Jawaban mendasar adalah saya baru putus.



Solo trip itu adalah semacam terapi sendiri atau ritual menyelamatkan diri dari patah hati sekaligus pencarian jati diri dan cinta—itu pun kalau ada.

Pada usia 21 tahun ini, saya belum pernah merasakan ultimate freedom dalam hal jalan-jalan. Ya mau bagaimana, ke mana pun saya pergi, saya harus ijin orangtua perihal: tujuan, dengan siapa, bawa apa, sedang apa, sampai kapan, dan lain sebagainya. Pokoknya birokrasinya berbelit-belit dan bikin kesel. Kalau pun bisa ngetrip, paling jauh ke Yogya bersama 3 kawan saya, itu pun alasannya survey tugas kampus—yang berakhir dengan kena tilang dan kena copet. Tapi kali ini saya jujur dong, saya mau pergi ke Solo untuk wisata ngopi. Bagaimana pun, saya akhirnya dapat meyakinkan orangtua bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Saya nggak punya target macam-macam perihal jalan-jalan. But time flies, and I grow up so fast. Jadi, setelah solo trip itu, there’re so much things should be underlined, and some reasons of why do we need solo trip before we’re too old to do it.

1. Ultimate “Me-Time”
Sebelumnya saya pernah menulissebuah post tentang pentingnya me time di sini.
Bosen adalah sifat wajar manusia. Apalagi menghadapi kehidupan sehari-hari yang gitu-gitu aja. Solo trip bisa menjadi terobosan gemilang untuk kemonotonan hidup kita, kawan-kawan! Solo trip offers the time and space for every each of us. Ketika masalah datang tiada henti, tempaan hidup tak pernah berakhir, apalagi hubungan asmara lagi nggak bener, kerjaan kampus atau kantor bikin pusing, atau weekend selama ini dijalani dengan gegoleran nggak jelas yang percumtakbergun dan sangat tidak produktif, GO AHEAD AND TAKE A DAY TO SOLO TRIP, ENJOY THE ME TIME!

Credit: Pinterest
Talk to yourself, you’ll know what you really need, what should you do next, or you’ll gonna find the trully you.

2. Kawan Baru
Selagi ngetrip sendiri, apalagi yang akan kita jumpai selain kawan baru? Meet the strangers, talk to them, find new cultures, find new places, or new friends—if you want. Selain mengunjungi tempat baru, kemungkinan kita mendapat kawan baru saat sedang solo trip juga cukup menyenangkan. Di Solo, saya mengunjungi seorang kawan baru yang beberapa tahun lalu bertemu tanpa disengaja melalui blogpost, hingga kemudian kami saling mengunjungi—Mbak Emma ke Semarang, lalu saya ke Solo.
Credit: Pinterest

Bertemu dengan kawan baru berarti juga bertemu dengan pola pikir lain, sudut pandang dan pendapat yang berbeda dari kita. Tentu akan memberi wawasan baru pada diri sendiri akan kehidupan lain dari yang biasa kita lihat setiap harinya.

3. Menjawab Tanda Tanya
Seringkali saya bertanya pada diri sendiri: “What would I even do with myself?”
Credit:Pinterest
Rasanya seperti memasuki babak lain dari kehidupan sendiri, solo trip membantu saya menjawab apa yang sebenar-benarnya saya inginkan. Memang benar, saya merasa perlu “berbicara” dengan diri sendiri akan apa yang akan saya lakukan pada usia yang sudah bisa dibilang cukup dewasa ini. And so far, I’ve got it. Selama solo trip, saya membaca banyak hal, eat new things, have exciting experiences, find new language, take risks, talk to strangers, think about moving forward, and find the answer to an important question.

4. Hemat
Sebagai anak kosan yang hidup dengan harta berlimpah pas-pasan, solo trip membantu saya menghemat pengeluaran yang dianggarkan untuk jalan-jalan. Kalau biasanya saya melakukan perjalanan bersama kawan, tentu membutuhkan yang namanya urunan alias patungan untuk kebutuhan bersama dan menyisihkan yang lain untuk kebutuhan pribadi. Sangat mudah mengatur anggaran sendiri dibanding anggaran barengan, apalagi kalau kawannya agak susah dimintai iuran. Huhuhuhu, itu bukan jadi liburan, tapi malah jadi tekanan.
Credit: Pinterest
Nah, kalau sendirian, tujuannya ke mana, seberapa lama, apa aja yang dibawa atau anggarannya berapa, kita sendiri yang menentukan. Jadi sebenarnya selain hemat, juga nggak ribet mau ngapain aja.

5. Ultimate Freedom
Solo trip adalah istilah lain dari merdeka jalan-jalan sendiri tanpa ada yang ngerecokin dan bikin ribet. Namanya juga sendiri, apa-apa ya diurus sendiri. Bebas! Apa saja yang saya ingin bawa, tujuan saya, durasi ngetrip, dan duitnya berapa, semuanya saya atur sendiri.
Credit: Pinterest
Berdasarkan pengalaman jalan-jalan bersama kawan, seringkali yang terjadi hanya berujung menjadi wacana alias bokis semua. Ribet di awal, mulai dari jumlah yang mau ikut, penentuan waktu dan tempat, sampai diskusi macam-macam sebegitu panjang lebar dan percuma karena kebanyakan dari rencana berakhir dengan: “Kalau si anu nggak ikut, aku juga nggak ikut deh”; “Kalau nggak jadi ke sini, aku nggak ikut ya.”; “Tanggal segitu aku ada acara.”

Akhirnya sebuah pertemanan berantakan karena kegagalan rencana jalan-jalan. Seqiyan~

***

Masing-masing kita pasti memiliki rutinitas yang beragam, begitu juga setiap kita tentunya memiliki kebosanan pada waktu-waktu tertentu terhadap kesibukan yang monoton itu.

If things don’t go well, the entire trip can be a miserable, drama-filled time you’d love to forget. Make some new brilliant memories! 
— Anonimous
Mungkin kawan-kawan punya tips lain selain solo trip, mungkin tips yang lebih hemat dan lebih dekat alias nggak perlu sampai minggat ke luar kota demi ketenangan jiwa dan raga. Silakan tulis di kolom komentar yaaa!

Spoiler next post
(Jakia and Mbak Emma)

P.S Untuk cerita selengkapnya di Solo akan saya tulis di postblog selanjutnya. Terima kasih sudah membaca! ^^

6 Comments

  1. Kasur tipis gitu kau bilang nyaman? Cetek sekali standarmu 😂

    Mongomong ada part inti yg jauh lebih berkesan di aku Jak, tapi kok ga diceritain disini yaaa...







    Part aib. 😂 😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenyamanan tidalah terletak pada tipis atau tebalnya sebuah kasur. - Edi Bopeng, Kang galon.

      Ng, soal aib itu...
      Nanti kutraktir ngopi aja ya mbak, :)))
      Semua bisa diomongin baik2 yaaaa :*

      Delete
  2. Padahal aku juga lg bikin rencana trip sendiri nih mbak. Tapi alesannya gak sama hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Go ahead lah dew, main sendiri, explore sendiri, Ekekekek.
      Kalo udah, ceritain di blog yaap! Kutunggu!

      Delete
  3. alasan bikin ketawa karena putus, duh mbak kalau traveling gini ajakin dong, saya asli wong solo loh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantab! Sampai jumpa di Solo. Traktir ngopi ya. *malak*

      Delete

Terima kasih sudah menanggapi postingan di atas!

My Instagram