5 min Reading
16
Comments
![]() |
Sebuah Keindahan |
Pernahkah di antara kita sadar bahwa
barangkali Tuhan sengaja menciptakan kopi agar kita semua dapat bertemu?
Mengapa harus kopi? Mengapa bukan beer, es
dawet, air putih, es teh, atau cokelat saja? Entahlah. Hanya saja, aku
menemukan rahmat Tuhan ada di setiap gelas kopi yang kita teguk di sebuah
percakapan yang sejuk.
***
Aku tidak ingin membicarakan tentang
filosofi kopi. Di antara kita semua pasti punya pandangan yang beragam mengenai
kopi dan filosofinya. Aku pun. Aku sadar betul bahwa kopi tidak cukup hanya
dilihat dari sekadar warnanya, rasanya, asalnya, dan teknik pembuatannya. Tapi
aku ingin menarik sebuah benang merah di antara semua itu bahwa kopi memang sengaja diciptakan
untuk membuat semua umat manusia bertemu.
Kukira kopi lebih digdaya dibandingkan
internet yang mampu menghapus puluhan
kilometer jarak manusia untuk berinteraksi . Internet hanyalah fasilitator,
namun kopi adalah objek yang sesungguhnya. Kopi adalah yang paling memegang
kekuasaan di sini. Bukan internet atau segala aplikasi dan alat komunikasi
lainnya di dunia ini.
***
Dari sebuah kota kecil di perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur pada penghujung Desember, aku dan Bapak melakukan
perjalanan. Perjalanan tanpa persiapan macam-macam. Kami hanya memakai jaket
dan aku hanya membawa sling bag ukuran tanggung. Tujuan kami adalah Keraton
Surakarta, Bapak ingin ke sana untuk melihat perayaan Sekaten di Solo. Sayang
sekali, tujuan mulia Bapak ternodai oleh keinginanku yang secara spesifik dapat
dikatakan “Untuk apa pergi-pergi tanpa beli-beli(!)”. Aku yakin Bapak cukup paham dengan apa
keinginan putri pertamanya yang paling ia sayangi ini.
Kami beberapa kali berhenti karena hujan
deras yang mengguyur selama perjalanan—meskipun sebentar hujan,sebentar reda, sebentar
jadian, sebentar udahan—dan memilih santai sejenak di depan toko. Kuota tak
terbatas membantu kami berdua untuk menemukan lokasi lain agar kami tidak hanya
singgah di satu lokasi saja.
Bapak kembali menyeruput kopi buatan Ibu
yang tadi dibawakan sebelum kami berangkat. Sambil menunggu hujan reda, aku
terus berselancar untuk mendapatkan lokasi lain yang menarik untuk kami
kunjungi. Aku berhenti pada sebuah post tentang coffeshop yang berada di Solo. Post itu ditulis oleh seorang wanita
bernama Emma yang merekomendasikan beberapa coffeeshop di Solo dengan tampilan
blog yang sedap dipandang, aku merasa menemukan lokasi selanjutnya untuk
kukunjungi bersama Bapak—sebagai partner ngopi paling ajib di dunia yang
kejam ini.
***
Aku tidak akan bercerita lebih lanjut
bagaimana kami sampai di Solo dan apa saja yang kami lakukan di Solo. Dari
sebuah post yang saat itu kubaca sampai tuntas, blog yang tadi telah kusimpan
untuk dibaca secara offline itu
menggiringku untuk tahu lebih jauh siapa pemilik blog tersebut.
Emma, nama panggilannya. Sebuah mention untuk mbak Emma telah kulayangkan
dan aku tidak menyangka saat itu juga dia membalas mention via twitter. Obrolan kami
berlanjut berkirim direct message
hingga ke instagram dan BBM.
Ini kali pertama aku menemukan teman ngopiku yang paling menyenangkan—selain Bapak.
Teman ngopi yang tidak hanya menyukai kopi
secara random. Tapi paham betul tentang kopi yang kuinginkan dan sekaligus
teman bicara yang menyenangkan. Bagaimana aku bisa tahu? Banyak hal yang tak
bisa kujelaskan di dunia ini. Seperti mengapa aku mencintai pasanganku, mengapa
aku mau berlama-lama di toko buku, bagaimana aku bisa dengan sangat mudah
tertidur saat mencoba mengerjakan soal matematika, atau mengapa aku selalu
gagal memasak jamur crispy—ughhh, dan mengapa mbak
Emma bisa sangat tahu kopi yang kuinginkan.
Awalnya obrolan kami hanya seputar tempat
ngopi, kopi, dan teknik penyajian kopi. Segala hal yang berhubungan dengan kopi
adalah topik awal yang kami bahas. Namun semakin lama kami semakin berbagi
cerita tentang hal-hal lain yang lebih bersifat pribadi, seperti pekerjaan
masing-masing, tempat tinggal, kesibukan sehari-hari, hobi, bahkan soal asmara.
Mbak Emma yang sudah usia kawin
ini—duh, keyboard kafir ini—akhirnya berencana untuk berkunjung ke Semarang LAGI!
Alasannya tentu saja jalan jalan ngopi.
Mbak Emma tiba di Stasiun Tawang, Semarang pukul 08.00 pagi. Menyenangkan
bisa menemuinya tanpa harus berputar-putar mencari wujudnya. ini adalah
pernyataan bahwa keaslian dan aktualisasi gambar diri adalah yang terpenting ketimbang
berbagai filter kamera masa kini.
Setelah bercakap-cakap sejenak sambil berkenalan secara langsung, aku sangat bahagia bahwa
mbak Emma sama hebohnya seperti di
dalam chat. Tujuan utama kami menuju
beberapa tempat yang sudah ada di dalam wishlist
dari mbak Emma.
***
Pagi itu kami pergi ke Kota Lama Semarang,
kami menemukan salah satu hal terbaik di dunia ini yang diciptakan Tuhan: Kopi
Robusta. Seorang Bapak berdagang kopi keliling dengan cara tradisional menyita
perhatian kami. Ia menjual satu jenis kopi single
origin dari Temanggung. Kelengkapan
cerita ini sudah dikemas di blog pribadi mbak
Emma di sini. Kami banyak mendapat ilmu baru lagi
tentang kopi. Kenyataan bahwa keindahan dunia dapat terwakili melalui kopi.
Kebahagiaan yang ditimbulkan bukan sebatas rasa, warna, dan sensasi dari kopi
itu sendiri, melainkan juga bagaimana kami bertemu orang-orang baru, ilmu baru,
kebahagiaan-kebahagiaan sederhana dan meaningful
, energy positif lebih banyak, juga sudut pandang yang lebih beragam dalam
menghadapi dunia.
Aku masih percaya bahwa Tuhan sengaja
menciptakan kopi untuk mempertemukan seluruh umat manusia dengan berbagai cara
yang berbeda. Aku percaya bahwa kopi
jauh lebih digdaya ketimbang beer atau soda. Aku juga percaya bahwa kopi adalah
alasan terbesar mengapa dua insan manusia bisa saling jatuh cinta.
p.s post ini dibuat untuk merayakan setahun awal pertemananku dengan mbak Emma. Terima kasih juga untuk buku science fiction karangan mbak Emma, cantik sekali dan aku suka. Semoga lekas bertemu dan menikah dengan pangeran tampan, biar aku bisa ke Solo dengan alasan menghadiri undangan. Ehe. :D
![]() |
Buku dari mbak Emma :* |
#30Hari30Tulisan
#3
16 Comments
Mending kopi apa coklat ? Coklat mas mboy wkwk
ReplyDeleteSomeone needs a mirror. Ehe. :)))))
DeleteMending kopi apa coklat ? Coklat mas mboy wkwk
ReplyDeleteKopi item jak?
ReplyDeleteKopi item jak?
ReplyDeleteHahaha iyaaaa faaar. I love them so much! 😍😍😍
DeleteKopi item jak?
ReplyDeleteSampai sekarang aku masih ga paham ya Jak kok bisa2nya cuma dr kolom komen kita bisa ketemu dan temenan sejauh ini. We talk each other, seru2an, saru2an, kayak udah temenan seabad. Kita ga perlu saling menjelaskan jalan pikiran kita satu sama lain, tapi udah saling tau dan paham bener. Ajaib sih, menginngat kita ini tipe orang yg jalan pikirannya susah dimengerti sama kebanyakan orang.
ReplyDeleteTo be honest, tiap baca tu part kawin2 rasanya pengen tak jewer sampai merah kupingmu Jak... tapi ntar aja, tak pending dulu sampai pertemuan selanjutnya. Dirapel biar marem. Haaa...
Happy temenan ya buat kita. Semoga samawa. Ehgimana?
Iyaa mbak, udah berasa kek kita temenan lama bettt dan udah rapet banget gitu. Hihihi
DeleteDan I was surprised pas kamu beneran ke Semarang, kita ketemu main bareng seharian dah kek pasangan LDR kangen-kangenan. Wkwkwkwk
Ng.. Soal nikah nikah itu bisa dibicarakan secara kekeluargaan ya mbak. Mohon bersabar.
Hahahah happy temenan yaaa. 😂
Kopi mengikat setiap pertemuan. Karena ikatannya yang erat, makanya digunakan istilah kopdar.
ReplyDelete(padahal kopdar diadaptasi dari kebiasan radio brik).
Saran: jenis font dan ukurannya diganti dong. Susah bacanya.
Hai, sorry baru baca komen kamu. Saran ditampung ya. Next post, saya coba ganti. Terima kasih. 😉
DeleteAku rasa sudah cukup fotnya ya, Teh, tapi kurang besar ukurannya..hehe
DeleteMaksudnya font..hehe
DeleteSuka seneng sama orang yang berjiwa kopi.
ReplyDeletetapi sejauh ini aku adalah tea person.
tapi kalau boleh memilih sebetulnya aku lebih suka susu,
btw, punya temen ngopi itu ternyata asik juga.
akupun pernah sekali dua kali seperti itu,
aku jadi kangen saat kopi ku semakin mendingin tapi percakapan semakin menghangat.
Tuhan tidak salah menciptakan kopi.
jadi kapan teh Zakia mau ngopi bareng aku ?
Kopi, ya kopi saya bundar, #Ehh..
ReplyDeleteBagiku kopi memang gak menjadi minuman faforit. Tapi bukan berarti gak suka. Memang, ada beberapa kopi yang pernah aku cicipi kurang pas di lidah.
Tapi, kopi itu bisa menemani dikala malam, menenami menulis diary, apalagi tugas. Makannya di Jogja, di kedai2 kopi tak heran kalau sedari malam sampe pagi selalu ramai.
Aku pernah sampai pagi di tempat kopi nemenin teman yang sedang skripsi. Dan, memang kebanyakan mereka yang sampai pagi itu mahasiswa tingkat akhir. Itu tandanya kopi bisa menemani bertugas hingga nyaman dan santai..hehe..
Aku penasaran sama buku yang dikasih. Tentang apa ya, Teh? hehe..
Saya juga suka kopiiii 😊. Ternyats benar ya... Menulis, di blog khususnya, bs menambah teman jg. Buktinya zakia bisa berkenalan dgn emma. Ini lagi project nulis ya di blog. Tiap hari bikin tulisan yg ditandai hari keberapa. Mantap tuh. Jadi motivasi utk terus konsisten mnulis kan ya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah menanggapi postingan di atas!