Rumah baca Cepu Baca Buku di Nglajo |
Tidak. Saya tidak jadi
mengencani penggagas CEPUBACABUKU. Terima kasih untuk tidak berpikiran
macam-macam tentang saya.
“There are two types of people. Pertama, yang bahagia karena uang. Kedua, yang bahagianya nggak ada kaitannya dengan uang.”
Kalau kawan-kawan datang ke Cepu, tidak jauh dari Kolam
Renang PPSDM Migas, masuklah terus ke sebuah gang, dari Mushala Al-Kautsar
belok kiri sekitar 20 meter kalian akan melihat sebuah rumah yang teduh. Di
sanalah rumah baca CEPU BACA BUKU berada.
Mbak Indah sedang melatih anak-anak menari ketika saya
sampai di rumahnya, ramai dan hangat. Sebuah rak buku besar dan beberapa box
berisi buku berjajar di bawahnya. Beberapa buku ditumpuk belum tertata rapi
seperti yang lainnya. Atau belum mendapat tempat di rak lebih tepatnya.
***
Menurut Duta Baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia—Najwa
Shihab—bahwa minat baca masyarakat Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61
negara. Hal ini merujuk dari studi Most Littered Nation in The World 2016 yang
dilakukan 2016 lalu. Sementara menurut data UNESCO, minat baca masyarakat
Indonesia hanya 0001%, berarti dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca.
Padahal di kota-kota besar seringkali kita jumpai rumah
baca, perpustakaan umum, toko buku yang jauh lebih lengkap atau tempat-tempat
nongkrong yang konsepnya tak jauh dari buku. Kenyataan ini berbanding terbalik
dengan yang ada di kota saya. Saya harus ngubek-ubek
supermarket—yang kini tersedia toko buku di dalamnya—tapi pun koleksinya tidak
cukup update, atau cari di toko buku dan alat tulis—yang rata-rata bukunya
sudah berdebu, ujung-ujungnya adalah membeli di toko buku online yang ongkos
kirimnya tak jauh beda dengan harga bukunya. Tampaknya benar, buku-buku itu
tidak dapat tinggal tetap di Cepu. Selalu sepi pengunjung, sendu, dan
menyedihkan.
Hobi membaca buku di kota ini rasanya menjadi sangat mahal.
Lalu datanglah seseorang dengan kegigihannya—kalau tidak
bisa dibilang nekad—keluar dari pekerjaannya, hidupnya yang stabil, dan
melepaskan riuh Ibukota demi mengikuti kata hatinya: mendirikan sebuah Rumah
Baca di Cepu, kampung halamannya.
Mbak Indah Salimin |
Pertanyaan saya: mengapa rumah baca? Di kota yang
masyarakatnya tampak lebih suka nongkrong di angkringan, kafe, atau makan di
restoran ketimbang membaca ini mengapa nggak
membuka usaha kuliner yang belum hits di Cepu, atau usaha mendapatkan atine
dhek’e. Ehe.
“Mbak Indah kok berani-beraninya mendirikan rumah baca di
Cepu ini motivasinya apa?”
Sejenak Mbak Indah tertawa, lalu ia bercerita.
Rumah baca ini tidak semata tercipta begitu saja.
Sebelumnya, Mbak Indah yang bekerja di Jakarta mendapat telepon dari salah satu
keponakannya yang mengatakan kurangnya guru Bahasa Inggris di sekolahnya. Salah
satu penyebab Mbak Indah terusik dan merasa ingin melakukan sesuatu yang
berguna bagi kota tempat ia tinggal. Dengan mantab, Mbak Indah, Mbak Vira, dan Mbak Hertin serta dibantu
kawan-kawan lainnya mendirikan rumah baca ini di Cepu. Sayang sekali saya tidak bertemu dengan Mbak Vira dan Mbak Hertin yang turut berkontribusi dalam langkah awal berdirinya Cepu Baca Buku.
Buku-buku diperoleh dari kepemilikan pribadi dan juga donasi
dari berbagai donatur. Sasarannya jelas anak-anak dan remaja yang hari-hari
mereka jauh lebih dicurahkan untuk gadget dan game. Mbak Indah ingin mematahkan
asumsi bahwa yang rajin baca itu cuma anak-anak
pinter, berkacamata tebal, culun, dan nggak gaul.
“Semua orang boleh membaca! Membaca nggak cuma hobi, tapi
bisa jadi kebiasaan kita semua. Aku yakin masih banyak yang suka baca di Cepu.” Tandasnya.
Mbak Indah dan kawan-kawan akhirnya mulai menggelar lapak
buku di public area. Titik yang ia
bidik adalah Taman Kilometer 0 Pertamina Cepu. Reaksi masyarakat yang belum
begitu familiar dengan lapak buku dan taman baca semacam itu tidak menyurutkan
niat Mbak Indah dan kawan-kawan untuk terus mengembangkan budaya baca di Cepu.
Keyakinannya masih sama, anak-anak di Cepu masih ada yang suka membaca, masyarakat Cepu masih banyak yang suka buku.
Akhirnya secara rutin setiap Sabtu sore lapak buku gratis
digelar di Taman Kilometer 0 Pertamina Cepu, dan setiap Minggu pagi masyarakat
Cepu dapat membaca gratis di sekitar Lapangan Atletik PPSDM. Sedikit demi
sedikit masyarakat mulai terbiasa dengan adanya lapak Cepu Baca Buku. Jika
awalnya yang tertarik adalah anak-anak dan remaja, kini pembaca buku mencakup
orang-orang dewasa seiring dengan semakin bertambahnya donasi buku yang
ditampung.
***
Setiap menggelar lapak buku, Mbak Indah dibantu beberapa kawan relawan lainnya membawa 2-4 box buku dengan genre beragam. Kita dapat membacanya atau meminjamnya GRATIS! Cukup dengan meninggalkan kartu identitas (KTP, Kartu Pelajar, SIM dll) dan mengisi data diri di form peminjaman. Durasi peminjaman buku sampai dua minggu lho! Pengembalian dapat dilakukan setiap hari Sabtu-Minggu atau bisa langsung ke rumah baca.
Majalah, novel, ensiklopedia, buku impor, buku lawas, buku terbaru tertata di rak besar yang ada di rumahnya. Tak jarang pengunjung datang untuk meminjam atau mengembalikan buku. Karena koleksi bukunya semakin beragam, Mbak Indah merasa perlu menata buku-buku yang belum dapat tempat di rak.
Dia ingin menambahkan rak baru untuk buku-bukunya agar lebih tertata, selain itu ia berharap dapat segera “mengakali” ruang baca yang lebih proper untuk setiap pengunjung yang datang.
Selain segala kemudahan yang diberikan untuk pembaca, Cepu Baca Buku juga seringkali mengadakan event-event keren lho, mulai dari diskusi bareng, bedah film, bedah buku dan berbagai give-away buku rutin melalui akun instagramnya. Kawan-kawan bisa bergabung dan mengikuti event tersebut yang selalu diumumkan melalui akun instagram.
***
Sungguh, harusnya kalian datang lebih awal! Tapi
bagaimanapun, terima kasih untuk Mbak Indah, Mbak Vira, dan Mbak Hertin serta seluruh relawan Cepu Baca Buku.
Semoga rumah baca ini semakin berkembang dan semakin banyak yang tertarik
membaca.*pelukciumkecupjauh*
8 Comments
Mantap mbak
ReplyDeleteTerima kasih, Eka. 😂🙆
DeleteKeren ya kegiatannya. Yg pasti usaha dan niatnya itu yg luar biasa. Yg bgini harua didukung, minimal didoakan biar makin lancar dan barokah. Sayangnya saya jauh di Bandung, jadi ga bs dtg langsung. Nanti mau liat ig nya aja deh. Liputan yg bagus 👍😊
ReplyDeleteTerima kasih kak Dipiiii..
DeleteSilakan mampir kalau sedang ada di Cepu. Eheheheh
Sungguh keren Mbak Indah Salimin mendirikan Cepu sebagai sarana membaca. Gue juga lumayan resah dengan minat baca di Indonesia, sempat gue bahas di YouTube gue, dan mungkin ini belum seberapan dengan orang-orang yang sudah bergerak secara langsung. Salut~
ReplyDeleteHalo, Kak Rahul. Terima kasih untuk feedbacknya. Kuat selalu insan pembelajar!
DeleteSalam.
Keren mbak, saya jd punya beberapa pertanyaan mbak untuk kegiatan tsb, apa saya bisa minta informasi mengenai kegiatan ini?
ReplyDeleteHalo, kak SDSAD. Cepu Baca Buku bisa dihubungi melalui Instagram: @cepubacabuku yah! Silakan langsung mention, DM atau colek CBB untuk pertanyaan atau informasi mengenai CBB ya. Terima kasih.
DeleteTerima kasih sudah menanggapi postingan di atas!